ADAPADA.COM – Sejarah baru untuk prestasi sepak bola tanah air, harapan lahir dari Perkumpulan Sepak Bola Amputasi Indonesia (PSAI) atau Indonesia Amputee Football (INAF). Tim nasional (timnas) lolos kualifikasi Piala Dunia Amputasi 2022. Kompetisi akan berlangsung di Turki pada Oktober mendatang.
Timnas sepak bola amputasi Indonesia membuktikan ketangguhan mereka. Kendati fisik tidak sempurna, prestasi mereka sungguh gemilang. Dua kali menang dari total tampil dalam tiga laga, timnas mendapatkan tiket ke Piala Dunia Amputasi 2022. Itu merupakan sejarah. Baik bagi PSAI maupun seluruh warga Indonesia.
Timnas berjuang keras untuk lolos kualifikasi. Setelah menekuk Bangladesh 8-0 pada 12 Maret, timnas kembali unggul atas Malaysia dengan skor 3-0. Timnas hanya kalah oleh Jepang. Itu pun dengan skor 0-2. ’’Semua pihak berjuang sehingga kami lolos sebagai runner-up kualifikasi zona Asia Timur,’’ ucap Muhammad Syafei, pelatih timnas.
Kemenangan di Dhaka Stadium, Bangladesh, itu menjadi kebanggaan dan bekal bagi timnas untuk melaju ke Piala Dunia Amputasi 2022 di Turki. Kini, di bawah komando Syafei, timnas mempersiapkan diri untuk menjalani kompetisi bergengsi tersebut. Porsi latihan fisik dan penggemblengan yang bertujuan menyiapkan mental para pemain diatur sedemikian rupa.
Namun disayangkan disela kebanggaan itu terselip rasa prihatin. Timnas sepak bola amputasi yang oleh Ophan disebut sebagai kesatria pengharum nama bangsa belum mendapatkan perhatian yang semestinya. Padahal, tiket untuk berlaga di pentas dunia sudah di tangan mereka. Jangankan masyarakat umum, pemerintah pun belum mengindahkan mereka.
Bahkan menurut Syafei, timnas berutang sekitar Rp 200 juta untuk bisa berangkat ke Bangladesh. Itu termasuk biaya akomodasi, makan, dan perjalanan ke Bangladesh. Juga, biaya tes PCR sebagai syarat perjalanan. Timnas benar-benar mandiri dalam mempersiapkan dan membiayai kualifikasi di Bangladesh.
Dan demi menghemat biaya, Arief Perdanakusuma pun rela tidak terbang ke Bangladesh. Pria yang menjabat manajer timnas itu memilih tinggal di Indonesia agar tidak menambah beban finansial. ’’Jadi, yang berangkat 18 personel. Perinciannya, 14 pemain, 2 pelatih, dan 2 ofisial,’’ ujar mantan ketua panitia pelaksana (panpel) pertandingan di Persija Jakarta tersebut.
Kendati demikian, dia tak ingin persoalan itu membebani para pemain timnas. Sebab, mereka butuh konsentrasi tinggi untuk menghadapi Piala Dunia Amputasi 2022. ’’Urusan finansial biarkan menjadi urusan manajemen,’’ tegas Arief.
Ophan Lamara, pemerhati sepak bola amputasi Indonesia, bangga pada timnas yang sukses mengukir prestasi di Bangladesh. Dia meyakini, pengalaman perdana melaju ke Piala Dunia Amputasi 2022 akan berkontribusi besar bagi persepakbolaan Indonesia. Khususnya pesepak bola yang bagian tubuhnya tidak komplet.
Ophan sepakat dengan Arief. Timnas tidak boleh terbebani biaya. Karena itu, dia akan menggalang dana dari masyarakat untuk mencukupi kebutuhan timnas. ’’Olahraga itu simpel. Harus ada prestasi. Ketika ada prestasi, maka ada perhatian. Apalagi, ini Piala Dunia. Siapa yang tidak bangga?’’ tegasnya.
Mari bersama dukung timnas Sepakbola Amputasi Indonesia untuk berlaga di Piala Dunia Amputasi 2022.
sumber berita: jawapos.com