ADAPADA.COM – Gencatan senjata di Gaza resmi dimulai pada Minggu (19/1) pukul 11.15 waktu setempat setelah tertunda tiga jam. Penundaan terjadi karena Hamas baru menyerahkan nama tiga sandera perempuan yang akan dibebaskan hari itu. Israel sebelumnya bersikeras melanjutkan serangan hingga menerima nama-nama tersebut, meskipun kesepakatan ini dianggap langkah awal untuk memulihkan hampir 100 sandera yang diculik Hamas dalam serangan pada Oktober 2023.
Selama penundaan, serangan Israel dilaporkan menewaskan sedikitnya 11 warga Gaza, termasuk delapan orang di Khan Younis. Hamas mengklaim penundaan ini disebabkan “alasan teknis” namun menegaskan komitmennya terhadap perjanjian. Meski gencatan senjata mulai berlaku, kondisi di lapangan menunjukkan rapuhnya kesepakatan tersebut.
Protes terhadap kesepakatan datang dari partai Jewish Power di Israel, yang mengundurkan diri dari koalisi pemerintah sebagai bentuk penolakan terhadap gencatan senjata. Langkah ini melemahkan koalisi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, tetapi tidak mengganggu implementasi gencatan senjata..
Perang ini telah menimbulkan dampak besar. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan lebih dari 46.000 warga Palestina tewas. Sekitar 90% populasi Gaza telah mengungsi, dan PBB melaporkan kerusakan parah pada sistem kesehatan, jaringan jalan, dan infrastruktur vital lainnya. Jika gencatan senjata berlanjut hingga fase akhir, proses pemulihan diperkirakan memakan waktu bertahun-tahun, sementara masa depan politik dan sosial Gaza tetap belum pasti.