ADAPADA.COM – Perang di Gaza adalah yang paling mematikan bagi pekerja media, menurut Komite Perlindungan Jurnalis, setidaknya 90 jurnalis dan staf telah terbunuh sejak konflik dimulai pada 7 Oktober.
Federasi Jurnalis Internasional mengatakan sekitar tiga perempat dari seluruh kematian pada tahun 2023 terjadi di Gaza.
Mereka sebagian besar adalah warga Palestina yang meliput berita tersebut karena media internasional dilarang memasuki Jalur Gaza oleh militer Israel.
Korban terbaru yang tewas adalah Samer Abudaqa dari Al Jazeera, yang sedang melaporkan dari sebuah sekolah yang dikelola PBB di kota selatan Khan Younis ketika sekolah tersebut menjadi sasaran serangan pesawat tak berawak.
Ada banyak bukti bahwa militer Israel sengaja menempatkan media secara langsung sebagai pihak yang bertanggung jawab.
Seruan internasional untuk akuntabilitas atas pembunuhan jurnalis yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak 7 Oktober semakin meningkat.
Dikutip dari sindo.news, “Satu lagi martir kebenaran telah dibunuh oleh Israel di Gaza,” kata redaktur pelaksana The Palestine Chronicle Romana Rubeo. “Israel melakukan segala daya yang dimilikinya untuk membungkam suara kebenaran, seiring dengan upaya mereka yang secara sistematis melenyapkan rakyat Palestina di Jalur Gaza yang terkepung,”.
…“Tetapi kami tidak akan pernah membiarkan hal ini terjadi. Dan kami akan terus menyampaikan kebenaran tentang perang mengerikan ini ke seluruh dunia. Pesan Samer Abu Daqqa, Refaat Alareer dan Yousef Dawas akan terus bergema dan menyebar ke seluruh dunia, tidak peduli apa yang dilakukan Israel untuk mengisolasi dan mengepung Palestina dan rakyatnya.”
Selama serangan Israel masih berlangsung diperkirakan akan lebih banyak lagi korban jiwa, karena selain dari akibat serangan Israel yang membabi buta orang-orang akan mulai meninggal karena kelaparan atau kombinasi penyakit dan lemahnya kekebalan tubuh.
Selain itu PBB memperkirakan 1,9 juta orang – sekitar 80 persen populasi Gaza – menjadi pengungsi akibat perang.