ADAPADA.COM – Lebaran belum lengkap rasanya tanpa masak atau makan ketupat, seakan menjadi menu wajib setiap tahun pada saat perayaan Lebaran Idul Fitri. Namun tahukah kalian dari mana sih asal-usul makanan Ketupat ini?
Ketupat sudah sangat lama dikenal diberbagai daerah di Indoesia, Ketupat dimakan dengan berbagai lauk dan makanan pendamping lainnya, seperti opor, sambal goreng kentang, maupun daging. Ini terlihat dari paduan makanan yang disajikan pada saat Lebaran diberbagai daerah sebagai pelegkap hidangan, seakan lebaran tak afdol tanpa ketupat.
Dilansir dari wikipedia.org Ketupat atau kupat (Jawi: کتوڤت; Jawa: ꦏꦸꦥꦠ꧀, kupat) adalah hidangan khas Asia Tenggara maritim berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa muda (janur), atau kadang-kadang dari daun palma yang lain. Ketupat paling banyak ditemui pada saat perayaan Lebaran sampai 5 hari berikutnya ketika umat Islam merayakan berakhirnya bulan puasa.
Makanan khas yang menggunakan ketupat, antara lain kupat tahu (Sunda), katupat kandangan (Banjar), grabag (Magelang), kupat glabet (Kota Tegal), coto makassar (dari Makassar, ketupat dinamakan katupa), lotek, tipat cantok (Bali), serta gado-gado yang dapat dihidangkan dengan ketupat atau lontong. Ketupat juga dapat dihidangkan untuk menyertai satai, meskipun lontong lebih umum.
Selain di Indonesia, ketupat juga dijumpai di Malaysia, Brunei, dan Singapura. Di Filipina juga dijumpai bugnoy yang mirip ketupat namun dengan pola anyaman berbeda.
Ada dua bentuk utama ketupat yaitu kepal bersudut tujuh (lebih umum) dan jajaran genjang bersudut enam. Masing-masing bentuk memiliki alur anyaman yang berbeda. Untuk membuat ketupat perlu dipilih janur yang berkualitas yaitu yang panjang dan lebar, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.
Menurut beberapa berita yang bersumber dari tulisan H.J. de Graaf dalam Malay Annal, bahwa ketupat merupakan simbol perayaan hari raya Islam pada masa pemeritahan Demak yang kala itu dipimpin oleh Raden Patah yang memerintah pada awal abad ke-15.
Adalah Sunan Kalijaga yang memperkenalkan ketupat kepada masyarakat umum pada masa itu, sekaligus sebagar sarana menyebarkan agama Islam di Indonesia. Pada masa tersebut, mayoritas penduduk di Jawa masih memeluk agama kepercayaan atau dikenal juga dengan nama Kejawen. Ketupat kemudian digunakan Sunan Kalijaga untuk melakukan pendekatan dakwah dalam sisi budaya.
Sunan Kalijaga percaya ketupat bisa menjadi alat yang familiar untuk melakukan pendekatan dakwah yang saat itu sulit dilakukan dengan kebudayaan masayarakat Jawa yang masih kental saat itu.
Namun akhirnya secara perlahan agama Islam mulai bisa diterima dan Ketupat menjadi simbol ikonik perayaan umat Islam. Terutama pada saat lebaran Idul Fitri.
Makanan ketupat sendiri mengandung makna yang dalam, Kata ketupat berasal dari kata kupat yang berasal dari bahasa Jawa “Ngaku lepat” yang artinya mengaku bersalah. Janur atau daun kelapa yang membungkus ketupat merupakan kependekan dari kata “jatiningin nur” bisa diartikan sebagai hati nurani.
Jadi secara filosofi beras yang dimasukkan ke dalam anyaman ketupat menggambarkan nafsu duniawi, yang bisa berarti bahwa bentuk ketupat melambangkan nafsu dunia yang dibungkus dengan hati nurani.
Bagi masyarakat Jawa, bentuk ketupat (persegi) diartikan sebagai kiblat papat limo pancer. Papat diartikan sebagai empat penjuru mata angin utama; timur, barat, selatan dan utara. Yang diartikan bahwa kemanapun manusia akan pergi ia tak boleh melupakan pacer (arah) kiblat atau arah kiblat (shalat).
Anyaman janur yang rumit juga merupakan simbol kompleksitas masayarakat Jawa saat itu, anyaman yang saling melekat merupakan anjuran untuk salingg merekatkan tali silaturahmi tanpa melihat poerbedaan sosial.
Sungguh ternyata filosofi dan makna ketupat begitu dalam ya, selamat lebaran dan selamat menikmat ketupat dimanapun kalian berada.