ADAPADA.COM – Belum lama ini warganet di dunia maya kembali dihebohkan dengan kabar viral sebuah jembatan perahu yang berada di Dusun Rumambe 1, Desa Anggadita, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Videonya pun beredar viral di media sosial.
Bagaimana tidak, jembatan tersebut langsung viral lantaran keterangan pada video tersebut mengatakan bahwa jembatan perahu itu bisa menghasilkan omzet hingga Rp 20 juta per hari.
Dalam sehari, jembatan perahu tersebut dilewati tak kurang dari 10 ribu pengguna motor. Setiap pengguna motor juga dikenakan biaya sebesar RP 2 ribu setiap melintas di jembatan itu.
Belakangan diketahui, jembatan perahu ini milik seorang pria berusia 62 tahun bernama Muhammad Endang yang lebih dikenal dengan nama Haji Endang.
Jembatan tersebut menghubungkan dua desa yakni Desa Anggadita di Kecamatan Klari dan Desa Parungmulya di Kecamatan Ciampel dan menyeberangi Sungai Citarum.
Sejarah Jembatan Perahu
Awalnya jembatan tersebut hanya sebuah perahu penyeberangan biasa. Perahunya pun terbuat dari kayu.
Haji Endang mengatakan bahkan dahulu tempat tersebut dipakai untuk kerbau menyeberang. Namun agar kampung tidak terisolasi karena merupakan jalan buntu sehingga dibangunlah sebuah tempat penyeberangan. Atas permintaan salah seorang tokoh Dusun Rumambe akhirnya jembatan tersebut dibuat pada tahun 2010.
Haji Endang menambahkan dirinya sempat menawarkan kerjasama dengan Bupati yang menjabat saat itu namun ia disarankan untuk menjalankannya sendiri dengan beberapa pertimbangan. Bahkan awalnya ia tidak mempunyai ide sama sekali untuk menjalankan bisnis ini karena niat awalnya memang hanya untuk membantu warga yang ingin menyeberang.
Tidak tanggung-tanggung, biaya pembuatan jembatan itu Haji Endang harus merogoh kocek hingga Rp 5 miliar. Namun sejak dibangun hingga viral seperti saat ini, tarif yang diberikan setiap kendaraan tidak pernah dinaikkan dan warga cukup membayar 2 ribu rupiah.
“Harga tarifnya sekali menyeberang tetap sama dari awal itu pun kami tidak pernah mematok, ada warga sekitar yang hanya membayar seribu rupiah bahkan tidak membayar pun tidak masalah jika mereka tidak membawa uang,” ujar Haji Endang.
Dalam sehari, tidak kurang dari 10 ribu pengendara sepeda motor melintasi jembatan tersebut. Sehingga jika ditotal, jembatan tersebut bisa menghasilkan omzet Rp 20 juta per hari.
“Pendapatannya tak kurang Rp 20 juta per hari,” tambahnya.
Namun, Haji Endang biasanya juga mengeluarkan Rp 8 juta untuk biaya operasional mulai dari perawatan, penerangan, hingga upah.
Jembatan milik Haji Endang itu juga ternyata pernah karam pada tahun 2014 silam. Hingga akhirnya menggunakan besi alias perahu ponton untuk mengganti perayu kayu.
Sejak dibangun juga banyak warga sekitar yang berjualan di sepanjang jembatan. Kini Haji Endang memiliki 40 karyawan yang merupakan warga sekitar sebagai pekerjanya. (*)