Pria Bugis Makassar Harus Punya Badik!
Seperti kata orang Makassar mengenai badik “Teyai bura’ne punna tena ammallaki badik” (Bukan seorang lelaki jika tidak memiliki badik), begitupun dengan kata orang Bugis “Taniya ugi narekko de’na punnai kawali” (Bukan seorang Bugis jika tidak memiliki badik).
Dalam pengertiannya di kutip dari Wikipedia.org Badik adalah pisau panjang dengan bentuk khas yang dikembangkan oleh masyarakat Bugis dan Makassar. Pada ini pada umumnya bersisi tajam tunggal atau ganda, dengan Panjang bisa mencapai sekitar setengah meter. Dibandingkan dengan keris yang bentuknya asimetris dan bilahnya kerap dihiasi dengan pamor, badik ini tidak pernah memiliki ganja (penyanggah bilah).
Terlepas dari bentuknya secara fisik, badik bagi masyarakat setempat diyakini memiliki kekuatan tersendiri berdasarkan guratan pada besi yang disebut pamoro yang terdapat pada senjata ini.
Badik ini tidak hanya mistis tapi juga memiliki nilai ekonomis dan nilai seni yang tinggi.
Badik sebagai benda budaya, dipahami dan dipercaya oleh masyarkat memilki berbagai fungsi dan kegunaan tidak terbatas hanya sebagai senjata tajam, masyarakat percaya bahwa badik ini mempunyai nilai dan makna tertentu.
Sajak ratusan tahun silam badik dipergunakan bukan hannya sebagai senjata melainkan untuk membela diri dan berburu, dan juga sebagai identitas diri dari suku yang ada di Sulawesi Selatan.
Nah, secara umum badik ini terdiri atas tiga bagian, yakni:
- Hulu (gagang)
- Bilah (besi)
- Warangka atau sarung badik.
Juga terdapat pamor yang dipercaya dapat mempengaruhi kehidupan pemiliknya.
Menurut pandangan orang Bugis, setiap badik memiliki kekuatan mistis/gaib/sakti dimana kekuatan ini dipercaya dapat mempengaruhi kondisi, keadaan dan proses kehidupan pemiliknya, dan juga terdapat kepercayaan bahwa orang memiliki badik bisa membawa ketenangan, kedamaian, dan kesejahteraan dan kemakmuran ataupu kemelaratan, kemiskinan dan penderitaan bagi yang menyimpannya.
Beberapa jenis badik yang ada di Sulawesi Selatan :
Badik Makassar
Badik ini memilki kale (bilah) yang pipih, battang (perut) buncit dan tajam serta cappa’ (ujung) yang runcing. Jenis badik ini disebut Badik Sari. Badik Sari terdiri atas bagian panguu (gagang badik), sumpa’ kale (tubuh badik) dan banoang (sarung badik). Lain Makassar lain pula Bugis, di daerah Bugis sendiri sebutannya adalah Kawali, seperti Kawali Raja (Bone),dan Kawali Rongkong (Luwu).
Badik Bugis Luwu
Badik Bugis Kawali Bone memiliki bilah yang pipih, ujungnya runcing dan bentuk agak melebar pada bagian ujung, sedangkan Kawali Luwu memiliki bentuk yang lurus, sama dengan badik pada umumnya Kawali pun memiliki bagian-bagian, seperti pengulu (hulu), bessi (bilah) dan wanua (sarung), sama dengan jenis senjata pusaka lainnya, kawali juga dipercaya punya kekuatan sakti, baik itu membawa keberuntungan ataupun kesialan.
Seperti Kawali Lamalomo Sugi jenis badik yang punya motif kaitan pada bilahnya dan dipercaya sebagai senjata yang akan memberi kekayaan bagi pemiliknya, ada juga Kawali lataring Tellu yang mempunyai motif berupa tiga noktah dalam posisi tungku dipercaya akan membawa keberuntungan bagi pemilik berupa tidak akan kekurangan makanan dan tidak akan mengalami duka nestapa.
Kul Buntet / Pusaran
Kawali Lade’ nateyai memiliki pamor berupa bulatan kecil pada bagian pangkal dan guratan berjajar pada bagian matanya. Badik ini dipercaya dapat mendatangkan rezeki yang melimpah bagi pemiliknya. Badik ini memiliki kemiripan fungsi dengan Kawali Lakadang yang memiliki motif berbentuk gala pada pangkalnya.
Salah satu badik yang dipercaya sangat ideal adalah Kawali Lagemme’ Silampa yang memiliki motif berupa urat yang membujur dari pangkal ke ujung. Dipercaya bahwa pemilik badik tersebut senantiasa akan mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan dalam kehidupannya bersama dengan segenap kaum kerabatnya. Sedangkan untuk mendapatkan kesabaran, maka dipercaya harus memiliki Kawali Lasabbara.
Kawali Ilakkoajang adalah jenis badik yang dipercayai sebagai senjata yang mampu mendatangkan wibawa serta derajat yang tinggi.Badik ini memiliki motif guratan di seluruh tubuhnya. Sementara itu, bagi yang menginginkan kemenangan dalam setiap pertarungan hendaknya memiliki Kawali Latenriwale. Badik yang memiliki motif berupa bulatan oval pada bagian ujungnya ini dipercaya dapat membangkitkan sifat pantang mundur bagi pemiliknya dalam setiap pertempuran.
Bila dipercaya terdapat badik yang mengandung kebaikan, demikian pun sebaliknya terdapat badik yang mengandung kesialan. Kawali Lasukku Ja’na adalah badik yang dianggap amat buruk. Bagi siapapun, Kawali Latemmewa merupakan badik yang sangat tidak baik, karena dipercaya badik ini tidak dapat menjaga wibawa dan kehormatan pemiliknya. Menurut kepercayaan, pemilik badik ini tidak akan melakukan perlawanan kendati ditampar oleh orang lain.
Sejalan dengan kepercayaan tersebut, terdapat Kawali Lamalomo Malaweng Tappi’enngi yang memiliki motif berupa guratan tanda panah pada bagian pangkalnya. Dipercaya, pemilik badik ini sering kali terlibat dalam perbuatan zina. Badik ini memiliki kepercayaan yang berlawanan dengan Kawali Lamalomo Rialawengeng. Konon kabarnya pemilik badik seperti ini sering kali istrinya melakukan perzinahan dengan lelaki lain.
Badik dipegang seperti memegang senjata api (pistol) hanya saja ini bukan senjata api. Badik dipegang dengan satu tangan dengan ke – empat jari (jari telunjuk, jari tengah, jari manis, dan jari kelingking) di bagian depan pegangannya dan jari jempol di bagian belakang pegangannya menyentuh jari telunjuk dan jari tengah.
Menurut pandangan orang Bugis Makassar, setiap jenis badik memiliki kekuatan sakti (gaib). Kekuatan ini dapat memengaruhi kondisi, keadaan, dan proses kehidupan pemiliknya. Sejalan dengan itu, terdapat kepercayaan bahwa badik juga mampu menimbulkan ketenangan, kedamaian, kesejahteraan dan kemakmuran ataupun kemelaratan, kemiskinan dan penderitaan bagi yang menyimpannya. Sejak ratusan tahun silam, badik dipergunakan bukan hanya sebagai senjata untuk membela diri dan berburu tetapi juga sebagai identitas diri dari suatu kelompok etnis atau kebudayaan.
Apapun kekuatan sakti yang dipercaya dikandung oleh sebuah badik, badik tetaplah sebuah ‘benda’, benda budaya yang memiliki nilai seni yang tinggi, memilikinya dipercaya akan meningkatkan identitas diri seseorang, terutama bagi kaum lelaki suku Bugis Makassar. Percaya ataupun tidak kembali kepada individu masing-masing.
Sumber: Wikipedia.org