ADAPADA.COM – Pernahkah kamu mendengar kata People-pleaser? Atau kah kamu seorang People-pleaser? Perlu kamu ketahui People-pleaser adalah sebutan bagi seseorang yang selalu berusaha menyenangkan orang-orang di sekitarnya, dan memiliki kecenderungan untuk melakukan apapun agar orang-orang di sekitarnya tidak kecewa terhadapnya.
Susan Newman, seorang psikolog yang berbasis di New Jersey, seperti dilansir Psychcentral, menyatakan bahwa people-pleaser akan meletakkan kepentingan orang lain di atas kepentingannya sendiri.
Menurutnya ini adalah perkara kebiasaan dari seseorang yang berasal dari keinginan untuk merasa penting dan ingin berkontribusi bagi orang lain.
Lebih lanjut, seorang people-pleaser akan mendapatkan rasa aman dan percaya diri lewat persetujuan orang lain. Mereka perlu agar orang lain menyatakan atau menunjukkan bahwa mereka berharga untuk bisa percaya diri.
Apabila ia tidak mendapatkan penerimaan atau pengakuan dari orang lain, seorang people-pleaser akan merasa minder, bingung, dan pada tahap tertentu merasa diri tidak pantas serta kurang baik.
People-pleaser selalu mencari pengakuan dari orang lain, dan tanpa disadari hal tersebut dapat merusak diri sendiri. Mereka akan takut mengekspresikan diri mereka karena tidak mau dianggap aneh, atau tidak sesuai dengan orang kebanyakan.
People-pleaser selalu ingin tampil sebagai orang yang rapih, ramah, supel, murah hati, dan ringan tangan dalam membantu, kreatif, menyenangkan, peduli, dan hangat, serta cenderung ingin populer.
People-pleaser sulit berkata “tidak” jika dimintai tolong, bahkan hal itu bisa saja merugikan dirinya sendiri.
Dengan begitu, ia akan menyangkal diri sendiri, dan mulai bersikap manipulatif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Leon F Seltzer, psikolog di Evolution of the Self menyatakan bahwa akar dari sikap tersebut adalah dari lingkungan keluarga.
Biasanya orang tua menuntut agar anak-anak mereka menjadi orang yang baik, dan selalu dapat menjadi kebanggaan. Orang tua yang selalu menginginkan agar anaknya terlihat kuat dan dapat selalu menjadi contoh, tanpa melihat adanya kebutuhan anak untuk dikasihi dan menjadi diri sendiri, Psychology Today menyebut.
Beberapa cara dapat dilakukan untuk menghentikan kebiasaan untuk berupaya menyenangkan orang lain ini, salah satunya mencoba belajar untuk berkata “tidak” pada orang lain.
Entah itu saat dimintai tolong atau melakukan sesuatu yang dirasa tidak nyaman, sebagaimana dijelaskan oleh Connie Hatch dalam bukunya berjudul How to Say No Without Feeling Guilty, dikutip oleh Oprah.com.
Selain itu, jangan lupa ucapkan kata maaf saat menolak, karena mungkin orang lain belum terbaisa dengan penolakan dari seorang people-pleaser, dan beri sedikit penjelasan yang dapat diterima orang lain.
Selain itu, The Muse melansir berikut beberapa hal lainnya yang dapat dilakukan oleh seorang people-pleaser agar tidak terlalu bergantung pada pengakuan orang-orang di sekitarnya.
1.Merenungkan dan mencoba berubah
Dimulai dari menganalisa atau merenungkan darimana datangnya keinginan untuk menyenangkan semua orang ini, apakah karena takut ditolak atau takut gagal? Atau mungkin sejak kecil ada kecenderungan untuk menyenangkan orang tua dengan karya atau hasil pencapaian. Dengan mengerti akar permasalahan, cara untuk menyembuhkan diri akan jauh lebih mudah.
2.Minta bantuan orang lain
People-pleaser takut terlihat lemah jika meminta bantuan orang lain. Namun, tetap saja ia punya seseorang yang dapat dipercaya dan diandalkan. Biasakan diri untuk meminta bantuan ke orang lain juga, seperti meminta seseorang menilai latihan presentasi sebelum tes minggu depan.
3.Buat daftar pencapaian resmi
Tulis kenapa dan bagaimana cara agar berhenti menjadi seorang people-pleaser. Dengan adanya alasan yang kuat, akan lebih memotivasi untuk berubah ke arah yang lebih baik.
Selain itu, tuliskan juga kemampuan apa yang bisa dikembangkan, seperti berani tampil apa adanya mulai dari orang terdekat. Mulai sadari hal mana yang sekiranya perlu ditangani atau tidak, berkaitan dengan orang lain.
4.Sadari bahwa ada orang-orang yang siap membantu
Belajar untuk bersosialisasi lebih dalam, dengan meminta bantuan dan nasihat dari orang lain dalam melakukan sesuatu. Orang lain tidak akan menjadi risih dengan kita sesekali meminta bantuan, justru membuatnya merasa menjadi orang penting, sadarilah hal tersebut dan jangan ragu untuk terlihat sedikit lemah dan butuh bantuan. Langkah-langkah tersebut tentu tidak bisa diterapkan dalam satu malam, tetapi perlu langkah kecil yang pasti. Hubungi psikiater jika membutuhkan bimbingan dan dukungan dari ahli.