ADAPADA.COM – Baru-baru ini kita dibuat heboh oleh penampilan Presiden Joko Widodo, dimana Pak Jokowi mengenakan pakaian adat suku Baduy dalam sidang tahunan MPR-DPR dan DPD Tahun 2021.
Sekretaris Pribadi Presiden Jokowi, Anggit Noegroho menjelaskan alasan, Jokowi mengenakan baju adat Baduy karena desain yang sederhana dan nyaman saat digunakan. Baju Adat Jokowi disipiapkan oleh Ketua Adat Masyarakat Baduy, Jaro Saija.
Lantas seperti apa Suku Baduy yang berasal dari Provinsi Banten ini.
Nah, kamu pasti sudah sering mendengar mengenai keberadaan Suku Baduy di Provinsi Banten. Apa kalian tahu bahasa apa yang mereka gunakan, kepercayaan apa yang mereka anut, dan bagaimana mata pencaharian mereka? Lalu apa beda dengan Baduy Luar? Apa keunikan budaya mereka?
Suku Baduy adalah suatu kelompok masyarakat adat sub-etnis Sunda di wilayah Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten. Mereka lebih suka disebut sebagai Urang Kanekes dibanding dengan Suku Baduy.
Suku ini membagi wilayah mereka menjadi dua, yaitu Baduy Luar dan Baduy Dalam. Yang membedakan Baduy Dalam dan Baduy Luar ialah penggunaan pengikat kepala dan warna baju yang digunakan masyarakatnya.
Wilayah Baduy Dalam tampak lebih mepertahankan dan menghormati adat istiadat mereka, seperti tidak menggunakan teknologi, dan mereka masih berpegang teguh dengan peraturan adat yang berlaku disana. Sebaliknya, masyarakat di Baduy Luar lebih maju dalam bidang teknologi; sudah banyak terpapar kemodern-an, dan mereka sudah dapat bekerja di kota meskipun hanya sebatas sebagai Asisten Rumah Tangga.
Bahasa Suku Baduy
Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Sunda Banten. Namun seiring dengan terbukanya Baduy menjadi pariwisata, banyak masyarakat Baduy yang akhirnya bisa berbicara menggunakan Bahasa Indonesia bahkan Bahasa Inggris walaupun sedikit-sedikit. Hal ini mereka pelajari secara otodidak dengan mendengarkan percakapan para wisatawa.
Kepercayaan Suku Baduy
Kepercayaan masyarakat Baduy atau yang biasa disebut Urang Kanekes adalah Sunda Wiwitan. Yaitu kepercayaan atas roh nenek moyang, sperti animisme. Namun, kini kepercayaan Sunda Wiwitan sudah mulai terpengaruhi oleh agama Hindu, Budha dan Islam.
Pendidikan Suku Baduy
Masyarakat Baduy sama sekali tidak mengenyam pendidikan seperti masyarakat kota. Namun dengan terbukanya Baduy sebagai pariwisata berdampak pula pada pendidikannya.
Di Baduy Luar, sudah ada beberapa anak yang bersekolah karena sudah disediakan SD Negeri disana, namun kebanyakan masih belajar bersama ambu, sebutan untuk Ibu. Meskipun hanya sebatas belajar angka dan huruf, tapi kini mereka sudah mulai bisa belajar dengan para wisatawan yang datang.
Mata Pencaharian Suku Baduy
Untuk memenuhi kehidupan sehari-hari masyarakat Baduy biasa berladang. Tetapi kini sudah banyak rumah-rumah yang menjajakan makanan dan minuman untuk kebutuhan wisatawan.
Juga menjual pernak-pernik khas Baduy seperti gantungan kunci, kain tenun, gula, madu, gelang, dan masih banyak lagi. Bahkan mereka pergi ke kota untuk menjual hasil kerja mereka seperti madu, gula Baduy dan masih banyak lagi.
Anak-anak di Baduy pun sudah diajari berjualan sejak kecil, seperti mengikuti wisatawan dalam perjalanan sambil menjajakan minuman botol.
Perubahan Sosial Suku Baduy
Perubahannya sangat terasa di Baduy Luar yang sudah mulai terbawa arus modernisasi, tidak seperti di Baduy Dalam yang masih mempertahankan pikukuh atau aturan-aturan adat mereka.
Perubahannya seperti penggunaan alas kaki, penggunaan kosmetik dan obat-obatan, penggunaan pakaian dan masih banyak lagi.
Adapun anak kecil suku ini, sudah terlihat menggunakan mainan modern. Sedangkan perlengkapan mandi, masyarakat Baduy sendiri masih menggunakan aliran sungai yang mengalir.
Di Baduy luar mulai tampak perubahan dan modernisasi, terlihat dari penggunaan alat elektronik, rokok, penjualan makanan dan minuman ringan adalah bukti perubahan dalam masyarakat Baduy.
Terutama di desa Gazebo, Baduy luar, beberapa anak Baduy terlihat menggunakan gadget. Di dalam gazebo banyak pemilik rumah yang memiliki senter dan lampu emergency. Mereka menyediakannya untuk tamu atau wistawan yang datang berkunjung.
Selama perjalanan ke Baduy Luar, bahkan perjalanan ke Baduy Dalam menuju desa Cibeo, banyak penjual minuman ringan dan minuman botol di jalan. Mereka melakukan itu sebagai bentuk kegiatan ekonomi. Mereka yang berjualan adalah warga Baduy yang berumur sekitar 13-19 tahun
Sudah menjadi hal biasa bagi orang Baduy Luar mengenakan Kaos atau T-shirt modern. Beberapa dari mereka bahkan tidak lagi memakai ikat kepala. Ada yang menggunakan tas modern, memakai sendal jepit dan meminum minuman gelas. Sama seperti masyarakat kota pada umumnya.
Bagi yang sempat mengunjungi Suku Baduy pasti bakal terkagum-kagum dengan pemandangan alamnya yang indah dan perilaku warganya yang ramah tamah.
Buat kalian yang tertarik menikmati keberagaman budaya Indonesia, wilayah suku Baduy bisa menjadi daerah destinasi yang menarik untuk di jelajahi loh, tapi kalau berkunjung ke sana, sebaiknya datang bersama pemandu wisata yang merupakan warga Suku Baduy. Selain bisa menjelaskan adat istiadat lebih lengkap, usaha ini juga sebagai bentuk memajukan perekonomian Suku Baduy.